Ketika Kita menghadapi masalah sangat tergantung bagaimana menyikapi masalah tersebut bukan pada peristiwanya, di sanalah Kita belajar membangun proses kematangan…
Kehadiran Presiden Obama ke Indonesia banyak menimbulkan pro dan kontra masyarakat, dari sisi positifnya anak muda yang pernah di Jakarta selama 4 tahun dan mengenyam pendiidkan SD di Menteng mendapat sambutan hangat oleh warga Jakarta, sejak kedatangannya di istana Negara, kehadirannya di Masjid Istiqlal , ceramah umum di UI, hingga meninggalkan Indonesia gerak langkahnya menjadi perhatian seluruh media masa. Sebagai Presiden Negara Adi Kuasa banyak masyarakat yang berdecak kagum dengan gaya bicara yang sangat retorik, lugas namun juga diselingi beberapa lontaran humornya yang segar. Ternyata anak muda ini begitu banyak membuat orang terinspirasi dan terkesima dengan sikapnya yang energik, komunikatif , bersahabat dan tetap rendah hati.
Begitu pula pada kehadirannya di hari kedua membuat saya terjebak macet ketika akan bertemu dengan seorang sahabat lama yang sangat saya hormati; padahal saya berniat untuk makan siang dan sharing berbagi pengalaman dengan sahabat saya tadi pada hari pertama kedatangannnya. Namun baru dapat terealisasi pada hari kedua itupun masih juga terkena dampak kemacetan. Di salah satu sudut café sahabat tadi telah menunggu saya yang datang sedikit terlambat. Beruntung karena banyaknya polisi yang bertugas cukup cekatan, sehingga sampai jualah saya pada salah sudut café yang dituju.
Ditemani dengan secangkir capuccino dan sebuah cake saya menghampiri beliau dan menyalaminya, wajahnya yang sumringah menandai bahwa beliau sangat menikmati suasana pagi itu, beberapa saat kemudian kamipun larut membicarakan mengenai kehadiran Obama dan pemerintahan yang kita cintai ini. Dengan pengalamannya yang begitu panjang beliau bertutur, seharusnya Negara ini dapat berkembang lebih cepat mengingat competitive advantages dari bangsa ini begitu kuat antara lain sumber daya alam, letak geografi, dan populasi yang begitu besar. Dalam praktiknya memang tidak mudah mengurus Negara ini, sekalipun beliau katakan bahwa SBY sebagai Kepala Negara cukup memiliki kematangan emosional yang baik dan cukup teruji dari pengalaman dan jam terbangnya, namun persoalannya sudah begitu komplek.
Memang tidak mudah mengurus sebuah Bangsa, seperti juga yang rekan saya alami ini, ukuran pengalaman beliau memimpin beberapa perusahaan dengan berbagai jabatan selalu saja mendapat tantangan baru dan penolakkan dari internal, yang senantiasa dihadapapi dengan tegar dan konsisten. Ada waktu yang harus dilalui oleh seorang pemimpin untuk meyakinkan pengikutnya, apakah visi dan misi yang disampaikan untuk kepentingan orang banyak dapat diterima atau sebaliknya? Beliau juga mengatakan justru disanalah kecerdasan ketahanan (adversity quotient) kita diuji.
Belajar dari pengalaman beliau seringkali kita diberikan satu masalah, bahkan berbagai masalah namun seringkali kita menangis, mengadu kepada seseorang untuk meminta pertolongan bahkan kadang kita dapat bersikap seperti kekanak-kanakan dengan menyalahkan keadaan atau situasi disekitar. Justru sekali lagi dari sinilah kita dapat memetik manfaat bahwa setiap kali apa yang kita akan raih dan harapakan ternyata mengalami kegagalan, untuk itu haruslah berjalan dan jangan pernah menyerah.
Beliau juga mengingatkan semakin sering kita mengalami benturan bukakankah kita sedang diberikan satu pelajaran untuk mencari jalan keluar. Sama seperti seorang ayah yang mengajar kepada anaknya untuk tidak selalu memberi apa yang mereka inginkan. Hal yang sama juga kita jumpai ketika dalam kehidupan sehari-hari di perusahaan tempat kita berkarya, disanalah letak kematangan sesorang bilamana program yang dibawakannya belum berhasil, mendapat penolakkan , bahkan kritikan yang pedas, maka yang bersangkutan tidak pernah berhenti untuk memperbaiki serta merespon yang lebih positif lagi.
Belajar dari sahabat saya tadi di atas saya selalu merasa menjadi kecil dan haus untuk diingatkan bahwa sesungguhnya kita harus selalu siap untuk menerima masukkan dari siapapun seperti cangkir yang belum terisi penuh.
Mengingat tantangan yang makin berat di masa datang , seyogyanya kita terus berupaya meningkatkan proses kematangan dalam menyikapi setiap masalah yang ada disekitar, sehingga dapat memberikan kontribusi terbaik yang kita miliki dimanapun kita berada, semoga……….!!!